Success Story: “The Strong” Johnny Andrean

Dari bisnis Salon, ke bisnis Roti, lalu ke bisnis Donat.
Inovasi tidak akan pernah berhenti, hanya inovator yangisa menjadi leader.

J.CO adalah brand produk donat yang sukses untuk ukuran Indonesia. Kompetitor yang ditantangnya bukan main-main, yaitu ‘raksasa’ Dunkin Donut dan Krispy Kreme dari negara Paman Sam.

Johnny Andrean umumnya dikenal sebagai hair stylist yang ternama di Indonesia. Ia merintis salon pertamanya pada tahun 1978. Saat ini bisnis salonnya telah berkembang lebih dari 160 cabang dengan merek menggunakan namanya di seluruh Indonesia.

Cabang salon Johnny Andrean tidak hanya di kota-kota besar, melainkan juga di beberapa kota menengah dan kecil seperti Cirebon, Solo, dan Malang. Di samping salon, Johnny juga membuka 40 sekolah dan pusat keterampilan gunting rambut.

Setelah hampir 30 tahun bergelut di dunia kecantikan dan salon, Johnny Andrean Salon berhasil menjadi market leader di dunia salon. Tren-tren baru yang dikeluarkan bukan sekedar ikut-ikutan, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dari konsumennya saat itu.

Setelah menguasai bisnis salon, Johhny memasuki bisnis makanan. Itu dilakukannya dengan mengambil master franchise untuk Indonesia bagi gerai roti BreadTalk yang berkantor pusat di Singapura.

Johnny Andrean selaku pemilik master franchise roti BreadTalk sejak Maret 2003 tidak pernah membayangkan toko rotinya diserbu pembeli hingga 1500 konsumen per harinya. Antrian panjang yang sering terlihat di gerai-gerai BreadTalk seolah menjadi tren baru gaya hidup orang di kota besar. Gerai transparan yang mennjukkan proses pembuatan serta wangi khas rotinya memancing pengunjung untuk mampir. Gaya dapur terbuka dan transparan yang diterapkan BreadTalk merupakan salah satu upaya untuk menunjukkan secara langsung kepada konsumen bahwa roti yang dijual benar-benar fresh from the oven.

Saat ini, setiap gerai menjual sekitar 150 macam roti dengan harga Rp 4-8 ribu per potong. Untuk menjaga kualitas, semua roti BreadTalk hanya dijajakan dalam sehari. Artinya, roti yang tidak terjual hari itu akan dimusnahkan dan tidak akan dijajakan pada keesokan harinya. Hal itu sesuai dengan konsep BreadTalk, yakni fresh from the oven. Pemilihan bahan baku sangat selektif, pengolahan bahan baku termasuk resep roti, mengacu pada standar yang diberikan franchisor dan bersifat rahasia. Itu berarti, semua gerai BreadTalk mendapat pasokan bahan baku yang sama dari kantor pusat.

Sementara untuk memperoleh knowledge update dan inovasi terbaru, manajemen BreadTalk Indonesia biasanya mengirim stafnya ke Singapura. Jenis roti yang dijual di masing-masing gerai bisa mencapai ratusan. Paling tidak, tiap bulan BreadTalk meluncurkan 2-3 macam roti baru. Tiap varian memakan waktu 2-3 bulan, mulai dari riset hingga pengembangan produk. Sebelum roti diluncurkan, pihak manajemen akan melakukan survey internal terlebih dahulu. Setelah itu melakukan survey customer insight untuk mencari tahu apakah konsumen bisa menerima rasa yang ditawarkan atau tidak. Dalam survey ini, untuk para pengunjung BreadTalk disajikan beberapa contoh roti rasa baru dan mereka diminta untuk mencicipi. Respon pelanggan akan menjadi acuan bagi manajemen untuk mengembangkan rasa tersebut atau tidak.

Penamaan roti yang terkesan unik dan berubah-ubah dimaksudkan untuk menciptakan karakter khas pada masing-masing produknya sehingga dapat lebih mengakrabkan konsumen terhadap produk. Hal ini dapat dimaklumi mengingat konsumen cenderung lebih menyukai roti yang memiliki rasa standar seperti cokelat, keju, tanpa peduli dengan karakter produknya sendiri. BreadTalk berupaya mengubah persepsi itu. Oleh karena itu, diciptakanlah roti-roti baru dengan rasa yang lebih bervariasi seperti roti pedas (fire & floss), croissant coklat, muffin coklat, dan sosis (hide & seek). Nama-nama unik itu sengaja diciptakan agar konsumen penasaran dan mau mencoba. Itulah yang dimaksud dengan BreadTalk, yakni roti yang berbicara.

“Disini kami berbicara tentang rasa dan nama,” ujar Johnny Andrean.

Setelah sukses di bisnis roti, Johnny menggarap donat dengan brand J.CO Donuts & Coffee yang didirikan pertama kali di Supermall Karawaci pada tahun 2005. Cara cepat un kembali ditempuhnya untuk menciptakan fast growing company. Berawal dari donut sebagai makanan favorit, Johnny melakukan survey & research ke berbagai negara seperti Australia, Jepang, Amerika Serikat, dan berbagai negara Eropa sejak tahun 2000. Mimpinya adalah menciptakan donat yang sempurna bukan hanya untuk ukuran Indonesia, tetapi juga untuk seluruh dunia. Maka donat yang diciptakan bukan hanya harus enak tetapi juga sesuai dengan lifestyle yang ada saat ini.

Selain itu, Johnny juga memperhatikan isu-isu penting yang terkait dengan makanan di seuruh dunia, seperti menggunakan bahan-bahan premium coklat yang memiliki kandungan yang baik untuk kesehatan. Contohnya adalah premium coklat dari Belgium dengan kandungan coklatnya yang lebih dari 60%. Rata-rata coklat di Indonesia hanya memiliki kadar coklat sebesar 25%. Semakin tinggi kadar coklatnya maka akan semakin baik untuk kesehatan dan kandungan gulanya juga semakin rendah.
J.CO adalah produk lokal yang idenya datang dari Johnny Andrean. Citra J.CO sengaja dibangun seperti toko donat dan kopi di luar negri. Jika melihat J.CO Donuts & Coffee akan terasa seolah-olah donatnya berasal dari luar negri. Padahal murni buatan lokal. Ini dilakukan untuk memberi kesan global dan international brand sehingga di belahan dunia manapun, J.CO akan lebih mudah diterima.
Sejak gerai pertama dibuka, penambahan gerai pun terus berlangsung seiring dengan perkembangan permintaan pasar. Pada bulan Agustus 2007, J.CO sudah membuka 25 gerai. Dan J.CO berencana akan membuka 10-12 gerai setiap tahun. J.CO pun sudah harir di Malaysia, dan akan menyusul di negara-negara Asia lainnya.
Langkah-langkah apa saja yang dipakai Johnny Andrean dalam melakukan peluncuran produk baru? Berikut dia menjelaskan:
“Yang pertama kami lakukan adalah mempersiapkan produk itu sendiri agar memiliki kualitas yang maksimal dan tentu saja produk tersebut harus berbeda dengan produk yang ada sebelumnya (unik). Setelah produk jadi, biasanya saya mengumpulkan seluruh tim untuk brainstormng mengenai produk tersebut, baik dengan pengujian (testing), penamaan (naming), pengemasan (packaging), sampai bagaimana mengampanyekan produk tersebut (launching).
Johnny mengakui bahwa jenis produk yang mereka jual sudah ada dari jaman dulu, baik donat maupun roti. Namun ia menciptakan inovasi baru sehingga memiliki selling power yang lebih dibandingkan dengan merek yang sudah ada sebelumnya. Follower tidak akan bisa memenangkan permainan. Hanya inovatorlah yang bisa menjadi leader.

Sumber : http://chr-aditia.blogspot.com/…/sharing-strong-johnnyandrean.html

This entry was posted in Case Knowledge Management. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *